BEIJING,KOMPAS.com - Pemeringkat kredit Fitch memperingatkan,
tata kelola perusahaan di China sangat lemah. Kualitas informasi yang diberikan
kepada para pemegang saham masih sangat rendah. Kekurangan ini akan menyebabkan
perusahaan China sukar meraup dana dari pasar modal.
Fitch mengatakan, masalah
tersebut sudah mencoreng perusahaan China. Isu tersebut memerlukan waktu
beberapa saat untuk dapat diselesaikan. Hal ini sehubungan dengan munculnya
skandal pelaporan keuangan oleh korporasi China.
Hal tersebut terungkap dalam
laporan lembaga pemeringkat itu tentang tata kelola perusahaan di China yang
dikeluarkan di Beijing, Senin (18/7).
Fitch mengatakan, kategori
laporan keuangan korporasi China bisa dikatakan berisiko dan tergolong
mengandung unsur penipuan. ”Beberapa tuduhan itu akan terbukti,” demikian
pernyataan Fitch.
Fitch menyatakan, diperlukan
waktu lama untuk menghapuskan kesan negatif seperti itu. Kondisi laporan
keuangan korporasi China yang bercitra buruk juga menjadi kendala sehingga
mereka tidak dapat mengakses pasar modal dengan mudah. Keadaan akan menjadi
tambah sulit jika ada hal buruk lain, seperti menurunnya kepercayaan para
investor.
Namun, hal seperti ini tidak
saja mendominasi perusahaan China. Perusahaan asal AS dan Eropa juga sarat
dengan skandal penipuan keuangan. Hal itu terbukti dengan banyaknya perusahaan
berjatuhan saat krisis ekonomi AS meledak tahun 2008 lalu.
Fitch melakukan kajian tentang
tata kelola perusahaan China dengan menganalisis 40 perusahaan yang berasal
dari China. Lembaga pemeringkat tersebut menyatakan, banyak titik lemah pada
perusahaan-perusahaan China. Hal itu, misalnya, terlihat dari penggunaan
standar akuntansi China, pemilihan auditor, pencatatan saham di Bursa Saham
Shanghai yang tidak ”beres”, dan terjadinya konsentrasi kepemilikan saham.
Laporan tersebut juga mengamati
besaran finansial perusahaan, seperti pertumbuhan pendapatan, modal kerja,
pajak, dan marjin keuntungan, yang dianggap tak sesuai keadaan.
Fitch mencatat tata kelola
perusahaan di China sangat terbelakang dan belum mampu mengikuti standar
internasional.
Perusahaan pemeringkat ini juga
menyatakan, ada kelemahan menyangkut independensi direktur perusahaan. Di
banyak perusahaan, direksi dijabat oleh orang yang sama selama bertahun-tahun
tanpa ada rotasi.
”Investor internasional banyak
yang tertarik pada perusahaan China. Hal itu didorong oleh tingginya tingkat
pertumbuhan serta imbal hasil. Sayangnya, perusahaan China masih rendah dalam
memenuhi standar internasional,” ujar John Hatton, Group Credit Officer untuk
perusahaan di Asia-Pasifik.
Fitch juga menyatakan, 40
perusahaan China yang ditelitinya memiliki peringkat BB dan di bawahnya.
Peringkat BB berarti kualitas kredit perusahaan itu rendah.
Sedangkan peringkat untuk
perusahaan milik negara dan perusahaan yang didukung negara memiliki peringkat
pada level layak investasi dan peringkat di atasnya, atau lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan swasta.
Fitch merupakan perusahaan
pemeringkat kedua yang meneliti tentang risiko berinvestasi pada perusahaan
yang berasal dari China daratan. Sebelumnya, pemeringkat lain, Moody’s Investor
Service, pekan lalu memperingkatkan soal risiko laporan keuangan dan tata
kelola perusahaan-perusahaan China.
Hentikan perdagangan
Perusahaan China yang tercatat
di bursa luar negeri belakangan ini menjadi sasaran kritik karena melakukan
berbagai kecurangan seperti terjadi di bursa AS dan Kanada.
”Investor turut mendesak
perusahaan China agar mengikuti standar internasional yang lebih tinggi lagi
dalam penyusunan laporan keuangan,” kata Hatton.
Lebih dari 150 perusahaan
China, dengan total aset yang bernilai lebih dari 12,8 miliar dollar AS,
memasuki pasar modal AS melalui merger sejak tahun 2007. Hanya ada 50
perusahaan yang masuk melalui penawaran saham perdana kepada publik berdasarkan
data dari Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB).
Indeks Bloomberg Chinese
Reverse Mergers yang mengikuti perkembangan 78 saham perusahaan China yang
mencatatkan sahamnya di AS menyatakan, saham-saham perusahaan itu merosot
sebanyak 44 persen tahun ini.
PCAOB dan Badan Pengawas Pasar
modal AS (Securities and Exchange Commission/SEC) bulan lalu mengonfirmasikan
akan mengirimkan utusan untuk berbicara dengan otoritas China mengenai auditor
yang berbasis di China. SEC menghentikan sementara perdagangan saham sebuah
perusahaan asal China karena dianggap menggunakan pembukuan ganda atau gagal
mengungkapkan siapa auditor perusahaan. (AFP/Reuters/Joe)
Opini :
Perusahaan-perusahaan China
sebaiknya mengikuti desakan investor yang mengusulkan supaya penyusunan laporan
keuangan disesuaikan dengan standar internasional karena dengan standar yang
sekarang masih diaplikasikan oleh perusahaan China mungkin akan membuat
beberapa calon investor batal berinvestasi padahal banyak para investor yang
ingin menanamkan modal di perusahaan-perusahaan China. Laporan
keuangan perusahaan China bisa dikatakan berisiko dan tergolong mengandung
unsur penipuan. Tata kelola di China juga dinilai kurang baik karena
lemahnya kebebasan direktur perusahaan, direksi
dijabat oleh orang yang sama selama bertahun-tahun tanpa adanya rotasi atau
pergantian. Dari beberapa isu yang beredar perusahaan China yang tercatat di
bursa luar negeri sekarang ini menjadi sasaran kritik karena melakukan berbagai
kecurangan seperti yang terjadi di bursa AS dan Kanada. Diharapkan perusahaan-perusahaan
China bisa dan mau mengikuti standar internasional dalam menyusun laporan
keuangan.